KH As’ad adalah
anak madura yang dilahirkan di Makah Al-mukaromah, ayahnya bernama Raden
Ibrahim dan ibunya Siti Maimunah yang keduanya merupakan orang madura yang bertemu
di Mekah kemudian menikah lalu bermukim di sana tepatnya di Syib Ali. ketika
As’ad lahir langsung oleh ayah nya di bawa kehadapan ka’bah untuk di dengarkan
Azdan, empat tahun setelah As’ad lahir Siti Maimunah hamil lagi dan melahirkan
seorang bayi laki-laki yang diberi nama Abdurahman. Beberapa tahun kemudian
Raden Ibrahim, Siti Maimunah dan As’ad pulang ke tanah air sedangkan saudara As’ad
yaitu Abdurahman di titipkan kepada
sepupu Siti Maimunah yaitu Ny, Salhah yang kemudian Abdurahman menjadi anggota Mahkamah Syariah Kubro pada
masa kerajaan Faisal.
KH As’ad sangat
berpengaruh dalam kisah perjuangan NKRI dan NU, dari
mengusir penjajah Belanda, menumpas PKI dan berperan di belakang layar dalam perpolitikan, bahkan beliaulah yang menjadi perantara berdirinya jamiyah
terbesar di Indonesia yaitu Nadlatul Ulama.
Beliau
bercerita bahwa begitu susahnya mendirikan Jamiyah Ulama itu, KH Kholil
Bangkalan sampai mengutus dua kali kepada KH As’ad untuk menyampaikan suatu
perlambangan kepada KH Hasyim As’ary karena pada waktu itu KH As’ad sedang
nyantri di pesantren KH Kholil Bangkalan.
Berawal dari
ide KH Abdul Wahab Chasbullah yang ingin mendirikan Jamiyah Ulama yang di
sampaikan kepada gurunya yaitu KH Hasyim As’ary, namun oleh KH Hasyim As’ary tidak
langsung disetujui, beliau beristikhoroh sampai beberapa kali, setelah sekian
lama petunjuk Allah itu diberikan melalaui perantara KH As’ad yang diperintah
oleh gurunya KH Kholil Bangkalan untuk menyerahkan sebuah tongkat kepada KH
Hasyiim As’ari di Tebuireng sambil menghapal ayat 17-23 surat Thaaha yang
menerangkan 2 macam mukjizat Nabi Musa AS. Setelah sampai beliau langsung memberikan
tongkat itu kepada KH Hasyim As’ary dan bertanya ‘’apakah ada pesan dari KH
Kholil ?’’ beliau KH As’ad menjawab dengan hapalannya tadi. Tidak hanya sekali
KH Kholil Bangkalan menitipkan lagi suatu perlambangan kepada KH Hasyim As’ari,
namun kali ini belaiu menitipkan perlambangan itu berupa tasbih dan asmaul
khusna “Ya Jabbar Ya Qahar” tiga kali. Tasbih itu di simpan di leher KH As’ad
oleh KH Kholil dan sampai kepada KH Hasyim posisinya masih seperti itu ,beliau
menyerahkan tasbih itu dengan cara membungkukan badan dan KH Hasyim sendiri
yang membawanya dari leher beliau lalu menyampaikan pesan KH Kholil berupa
Asmaul Khusna itu. Setelah itu, KH Hasyim meminta bantuan kepada
beliau untuk menyebarkan surat kepada para ulama di Madura yang isinya rencana didirikannya jamiyah ulama. Dan pada
tanggal 31 Januari 1926 berkumpulah ulama-ulama
dari Jawa, Madura dan Kalimantan di Surabaya untuk mendirikan organisasi yang
diberi nama Nahdlatul Ulama.