Selasa, 29 Agustus 2017

SEKILAS TENTANG KH As’ad syamsul Arifin Sang Mediator berdirinya Jam’iyah Nadlatul Ulama

KH As’ad adalah anak madura yang dilahirkan di Makah Al-mukaromah, ayahnya bernama Raden Ibrahim dan ibunya Siti Maimunah yang keduanya merupakan orang madura yang bertemu di Mekah kemudian menikah lalu bermukim di sana tepatnya di Syib Ali. ketika As’ad lahir langsung oleh ayah nya di bawa kehadapan ka’bah untuk di dengarkan Azdan, empat tahun setelah As’ad lahir Siti Maimunah hamil lagi dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Abdurahman. Beberapa tahun kemudian Raden Ibrahim, Siti Maimunah dan As’ad pulang ke tanah air sedangkan saudara As’ad yaitu Abdurahman di titipkan kepada  sepupu Siti Maimunah yaitu Ny, Salhah yang kemudian Abdurahman  menjadi anggota Mahkamah Syariah Kubro pada masa kerajaan Faisal.

KH As’ad sangat berpengaruh dalam kisah perjuangan NKRI dan NU, dari mengusir penjajah Belanda, menumpas PKI dan berperan di belakang layar dalam perpolitikan, bahkan beliaulah yang menjadi perantara berdirinya jamiyah terbesar di Indonesia yaitu Nadlatul Ulama.

Beliau bercerita bahwa begitu susahnya mendirikan Jamiyah Ulama itu, KH Kholil Bangkalan sampai mengutus dua kali kepada KH As’ad untuk menyampaikan suatu perlambangan kepada KH Hasyim As’ary karena pada waktu itu KH As’ad sedang nyantri di pesantren KH Kholil Bangkalan.

Berawal dari ide KH Abdul Wahab Chasbullah yang ingin mendirikan Jamiyah Ulama yang di sampaikan kepada gurunya yaitu KH Hasyim As’ary, namun oleh KH Hasyim As’ary tidak langsung disetujui, beliau beristikhoroh sampai beberapa kali, setelah sekian lama petunjuk Allah itu diberikan melalaui perantara KH As’ad yang diperintah oleh gurunya KH Kholil Bangkalan untuk menyerahkan sebuah tongkat kepada KH Hasyiim As’ari di Tebuireng sambil menghapal ayat 17-23 surat Thaaha yang menerangkan 2 macam mukjizat Nabi Musa AS. Setelah sampai beliau langsung memberikan tongkat itu kepada KH Hasyim As’ary dan bertanya ‘’apakah ada pesan dari KH Kholil ?’’ beliau KH As’ad menjawab dengan hapalannya tadi. Tidak hanya sekali KH Kholil Bangkalan menitipkan lagi suatu perlambangan kepada KH Hasyim As’ari, namun kali ini belaiu menitipkan perlambangan itu berupa tasbih dan asmaul khusna “Ya Jabbar Ya Qahar” tiga kali. Tasbih itu di simpan di leher KH As’ad oleh KH Kholil dan sampai kepada KH Hasyim posisinya masih seperti itu ,beliau menyerahkan tasbih itu dengan cara membungkukan badan dan KH Hasyim sendiri yang membawanya dari leher beliau lalu menyampaikan pesan KH Kholil berupa Asmaul Khusna itu. Setelah itu, KH Hasyim meminta bantuan kepada beliau untuk menyebarkan surat kepada para ulama di Madura yang  isinya rencana didirikannya jamiyah  ulama. Dan pada tanggal  31 Januari 1926 berkumpulah ulama-ulama dari Jawa, Madura dan Kalimantan di Surabaya untuk mendirikan organisasi yang diberi nama Nahdlatul Ulama.


Senin, 28 Agustus 2017

Ngopi salah satu konsep syukur

Hindari-Kantuk-dengan-Ngopi-Saat-Sahur-Ini-Dampaknya-800x500_c

Bagi kaum santri tradisi ngopi sudah tidak aneh lagi, apalagi ketika mereka sedang menkaji suatu ilmu khususnya pada larut malam biasa nya di temani dengan secangkir kopi, mampaatnya untuk mengusir kantuk. Namun untuk para penikmat kopi mampaatnya tidak hanya untuk mengusir kantuk, lebih dari itu. Ngopi bisa menjadi spirit, bersemangat menjalani hidup, dan bisa memperkuat jalaninan ukhuwah.

Wah apa benar ngopi bisa menjadi spirit ? Spirit apa ? . Ya bagi penikmat kopi, ngopi ini bisa menjadi daya power untuk berkarya, biasanya para penikmat kopi dalam menyelesaikan karya nya selalu di temani dengan secangkir kopi dan melahirkan ide-ide cantik untuk di tuangkan dalam karya-karya nya. Ini berlaku pada manusia yang makom nya sudah penikmat kopi.

Bersemangat menjalani hidup, ya coba anda seduh kopi dan nikmatilah pada pagi hari, resapi setiap serupan itu dan bayangkan nikmat tuhan yang telah diberikan kepada anda. Kata tuhan melalui sabda utusannya kalian itu telanjang, kecuali aku beri pakaian. Lihat apakah anda memakai baju dan celana, dan di lemari masih banyak lagi koleksi pakaian kalian. Bersyukurlah teman-teman, di luar sana masih banyak yang memiliki hanya satu baju, itupun sudah lusuh dan bergantian dengan saudaranya yang lain. Lanjut lagi, kalian semua lapar, kecuali aku beri makan, pagi hari ini kalian sedang menikmati kopi, lihatlah sesekali ke bawah, pagi hari bahkan sebelum mentari terbit mereka sudah mencari botol bekas hanya untuk makan bagi mereka dan anak-anaknya, bersyukurlah kalian. Dan seterusnya bisa kalian lihat di hadits arbain karangan imam nawawi ke 24.

Karomah tradisi ngopi ini sungguh hebat, bisa mengakrabkan seseorang dengan yang lainnya, bagaimana tidak akrab kalian setiap hari ngopi depan rumah kalian bersama teman-teman yang lain sambil berdiskusi tentang apa yang kalian cita-citakan atau tentang keluh kesah kalian ataupun tentang tips dan trik mendekati si dia . Cieeee . Inilah karomah tradisi ngopi itu sendiri. Masyaallah .. banyak-banyaklah bersyukur kalian bahwasannya dengan ngopi ini kalian menjadi akrab, jalinan persaudaraan kalian menjadi sangat erat, muncul power yang membakar jiwa kalian untuk tetap semangat menjalani hidup dan dengan wasilah kopi ini melahirkan gagasan-gagasan yang positif bagi umat.

Tapi ingat ya teman-teman bahwa terlalu banyak ngopi itu bahaya juga bagi kesehatan, ini sudah di ajarkan oleh agama bahwa yang berlebihan itu jelek, oleh karena itu mari ngopi sekadarnya saja dan yang harus banyak-banyak itu bersyukur . Alhamdulillah ... 😊

Wallahualam bisoab.

Perebutan kekuasaan faktor utama keruntuhan

Kekuasaan memang selalu menjadi bahan rebutan, karena mungkin dengan kekuasaan bisa menghasilkan kebahagian, oleh karena itu banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk memiliki kekuasaan itu, tak jarang orang sering saling sikut bahkan saling pukul sampai tumpahnya darah demi kekuasaan walaupun itu dengan saudaranya sendiri.

Ibnu hajar pernah berkata, “Siapa yang mencari keuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak di tolong oleh Allah”. (Fathul Bari, 13: 124)

Potret seperti ini sungguh sangat ironis, mereka sibuk dengan kekuasaan tapi tidak memperdulikan rakyat nya. Para pemimpin yang seperti ini jauh sekali dari harapan rakyat, lantas bagaimana harapan rakyat bagi para pemimpinnya ?, diantaranya yaitu bahwa rakyat mengharapkan pemimpin yang peka dan cinta terhadap rakyatnya, hidup yang sederhana tidak bermewah-mewahan, dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan kepada rakyatnya yang bagus dan tidak menyakiti hati rakyatnya serta cakap dalam memimpin yang ketika ada masalah bisa diselesaikan dengan baik. Jika sudah terwujud pemimpin yang seperti itu maka rakyat wajib patuh kepada pemimpinnya dan pemimpinnya wajib mencintai rakyatnya, maka akan timbul keharmonisan antara pemimpin dan rakyat, inilah yang kita harapkan.

Dan kelak para pemimpin akan ditanya menegenai kepemimpinannya, Ibnu Umar R.A berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya, seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminyaakan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya, bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya perihal yang dipimpinnya, dan kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungjawaban) dari hal yang dipimpinnya. (Bukhari,Muslim)

Jadi, ingatlah wahai para pemimpin, jangan sia-siakan kepercayaan rakyat terhadap kalian, jangan dustakan amanah Allah yang telah dikaruniakan kepada kalian, berbuat baiklah kalian khususnya terhadap rakyat, jangan sakiti mereka dengan kebijakan-kebijakan kalian, fokuslah terhadap rakyat jangan haus akan kekuasaan, karena semakin tinggi engkau berkuasa semakin banyak pertanyaan dari Allah kepada kalian kelak untuk dipertanggungjawabkan.

Allah berkata dalam kitab suci Al-quran : “wal tandzur nafsun maa qaddamat lighad” artinya perhatikan sejarahmu, untuk masa depan mu. Benar sekali bahwa mempelajari sejarah itu agar kita bisa mengambil ibroh dari setiap kejadian untuk masa depan yang lebih baik. Contoh sejarah dinasti bani Buwaih, dinasti ini di rintis oleh 3 putra dari abu syuja’ yaitu Ali, Hasan dan Ahmad yang berhasil mendirikan dinasti bani Buwaih yang berawal ketika mereka menjadi militer yang berprestasi sehingga Ali di angkat menjadi gubernur di Al-karaj dan dari sini lah ekpansi wilayah dinasti bani Buwaih dimulai. Ketika dinasti ini dinasti Abbasiyah sungguh seperti boneka oleh wajir-wajir bani buwaih. Pada waktu dinasti ini banyak bermunculan pemikir dan filusuf muslim seperti Al-farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih dan Ikhwan As shafa yang merupakan hasil peradaban pada waktu itu, bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan tetapi juga pada pembangunan infrastruktur diantaranya pembangunan kanal-kanal, mesjid, rumah sakit dan produksi permadani. Tetapi setelah generasi pertama ini wafat, kekuasaan menjadi bahan rebutan diantara anak-anak dari Ali, Hasan dan Ahmad, mereka merasa lebih berhak memegang kekuasaan, ketika situasi seperti ini berbagai masalah bermunculan seperti bentroknya di tubuh militer antara militer dari Dailam dan militer keturunan Turki, bentroknya sunni syiah dan satu demi satu dinasti kecil memerdekakan diri dari Bagdad yang kemudian berakhirlah kekuasaan dinasti Bani Buwaih, yang berakar pada sibuknya berebutan kekuasaan sehingga berbagai masalah muncul dan tidak bisa di tangani.

Sejarah ini dapat kita ambil hikmahnya bahwa sifat rakus atas kekuasaan dan lemahnya memimpin akan menjadikan kemunduran bahkan kehancuran suatu negara. Kita lihat di Indonesia negara yang kita cintai ini, akhir-akhir ini berita memuat soal kejadian kisruhnya para anggota Dewan Perwakian Daerah yang tidak fokus bekerja, disibukan dengan perebutan kekuasaan di internal, bisa menyakinkan masyarakat bahwa DPD memang jauh dari harapan masyarakat. Dari kejadian ini timbul sebuah pertanyaan, apakah Indonesia akan bernasib seperti Bani Buwaih? Yang tidak bisa kita pungkiri bahwa saling berebutnya kekuasaan akan berujung tragis bagi bangsa.Satu-satunya jalan keluar agar Indonesia tidak bernasib buruk seperti runtuhnya Dinasti Buwaih adalah melalui kesadaran para pemimpin terutama DPD ini harus kembali pada jati dirinya sebagai perwakilan daerah yang menitikberatkan kepentingan daerah.